Persija, Kami Disini Tetap Bangga
Berakhir sudah perjalanan panjang nan melelahkan Persija di kompetisi Indonesia Super League 2010/2011 dengan capaian posisi tiga di klasemen akhir. Kecewa? ah rasanya tak pantas bilang kecewa mengingat tim ini sudah berusaha maksimal hingga pekan terakhir. Mungkin kalau mau diungkapkan, Persija hanya kurang beruntung musim ini.
Ya, kurang beruntung. Tim ini punya materi pemain yang cukup (kalau tidak mau dibilang terbaik) di posisinya yang bisa membawa Persija bersaing dengan tim-tim lainnya. Nama-nama besar seperti Ismed Sofyan, M. Nasuha, M. Ilham, Syamsul Haeruddin, Greg Nwokolo, Agu Casmir dan Bambang Pamungkas yang juga masuk nominasi tim all stars ISL cukup menjadi bukti. Sementara untuk pelatih, nama Rahmad Darmawan yang juga ditunjuk sebagai arsitek tim nasional U-23 Sea Games 2011 tak perlu diragukan lagi. Begitu juga dengan masalah pendanaan, dana hibah 20 milyar dari Pemprov DKI Jakarta (Media Indonesia, 26 Februari 2011-red) jadi jaminan bahwa tim ini tidak mengalami kesulitan finansial berarti. Terlebih Persija punya suporter fanatik yang siap mendukung tim di manapun Persija bermain, The Jakmania.
Lantas di mana letak ketidakberuntungan tim ini? persoalan klasik, ketidakpastian partai kandang. Di saat tim lain bisa dengan tenang menjalani pertandingan demi pertandingan dengan kepastian jadwal dan venue pertandingan, Persija malah harus terusir (kembali) dari kandangnya dengan alasan keamanan maupun agenda politik. Bahkan sehari menjelang partai terakhir lawan PSPS (19/6), Persija masih belum mendapat kejelasan apakah bisa bermain di hadapan pendukungnya sendiri atau tidak. Jelas hal ini amat sangat mempengaruhi kondisi mental pemain, terlebih di kompetisi ISL yang memang punya daya magis tersendiri ketika bermain di kandang. Bahkan kapten Bambang Pamungkas setelah pertandingan lawan PSPS kemarin berharap musim depan Persija bisa tampil sepenuhnya di Jakarta, satu isyarat yang jelas bahwa para pemain sangat merindukan tampil di depan pendukungnya di rumah sendiri.
Persija sendiri memang tidak terkalahkan selama menggelar partai kandang. Total dari 14 partai kandang yang dijalani, Persija menang 10 kali dan sisanya seri. Terusir dari Jakarta sebanyak 5 kali dengan perincian 1 partai di Stadion Jatidiri, Semarang dan 4 partai di Stadion Manahan, Solo. Partai krusial menjelang akhir musim melawan Semen Padang yang harusnya jadi momentum untuk mengunci posisi dua malah harus digelar di luar Jakarta, alhasil Arema berhasil mendekat dan mengalahkan jumlah agregat gol di akhir musim.
Impian untuk tampil di kompetisi Asia jadi terbendung walaupun asa itu tetap ada, dengan catatan jatah wakil dari Piala Indonesia yang urung dilaksanakan tahun ini diberikan kepada tim peringkat tiga ISL. Yang jelas apapun hasil keputusannya nanti, trend positif Persija selama keikutsertaannya di ISL terus menanjak. 2008/2009 peringkat 7, 2009/2010 peringkat 5, 2010/2011 peringkat 3. Jika dicermati, ada kenaikan 2 peringkat tiap tahun. Kalau musim ini Persija ada di posisi tiga, mengikuti trend positif ini amat sangat mungkin kan Persija bisa jadi nomer 1 musim depan? menarik untuk kita tunggu. Terima kasih untuk perjuangannya musim ini.. Persija, kami di sini tetap bangga!(Ikbal Albar-JO)
Ya, kurang beruntung. Tim ini punya materi pemain yang cukup (kalau tidak mau dibilang terbaik) di posisinya yang bisa membawa Persija bersaing dengan tim-tim lainnya. Nama-nama besar seperti Ismed Sofyan, M. Nasuha, M. Ilham, Syamsul Haeruddin, Greg Nwokolo, Agu Casmir dan Bambang Pamungkas yang juga masuk nominasi tim all stars ISL cukup menjadi bukti. Sementara untuk pelatih, nama Rahmad Darmawan yang juga ditunjuk sebagai arsitek tim nasional U-23 Sea Games 2011 tak perlu diragukan lagi. Begitu juga dengan masalah pendanaan, dana hibah 20 milyar dari Pemprov DKI Jakarta (Media Indonesia, 26 Februari 2011-red) jadi jaminan bahwa tim ini tidak mengalami kesulitan finansial berarti. Terlebih Persija punya suporter fanatik yang siap mendukung tim di manapun Persija bermain, The Jakmania.
Lantas di mana letak ketidakberuntungan tim ini? persoalan klasik, ketidakpastian partai kandang. Di saat tim lain bisa dengan tenang menjalani pertandingan demi pertandingan dengan kepastian jadwal dan venue pertandingan, Persija malah harus terusir (kembali) dari kandangnya dengan alasan keamanan maupun agenda politik. Bahkan sehari menjelang partai terakhir lawan PSPS (19/6), Persija masih belum mendapat kejelasan apakah bisa bermain di hadapan pendukungnya sendiri atau tidak. Jelas hal ini amat sangat mempengaruhi kondisi mental pemain, terlebih di kompetisi ISL yang memang punya daya magis tersendiri ketika bermain di kandang. Bahkan kapten Bambang Pamungkas setelah pertandingan lawan PSPS kemarin berharap musim depan Persija bisa tampil sepenuhnya di Jakarta, satu isyarat yang jelas bahwa para pemain sangat merindukan tampil di depan pendukungnya di rumah sendiri.
Persija sendiri memang tidak terkalahkan selama menggelar partai kandang. Total dari 14 partai kandang yang dijalani, Persija menang 10 kali dan sisanya seri. Terusir dari Jakarta sebanyak 5 kali dengan perincian 1 partai di Stadion Jatidiri, Semarang dan 4 partai di Stadion Manahan, Solo. Partai krusial menjelang akhir musim melawan Semen Padang yang harusnya jadi momentum untuk mengunci posisi dua malah harus digelar di luar Jakarta, alhasil Arema berhasil mendekat dan mengalahkan jumlah agregat gol di akhir musim.
Impian untuk tampil di kompetisi Asia jadi terbendung walaupun asa itu tetap ada, dengan catatan jatah wakil dari Piala Indonesia yang urung dilaksanakan tahun ini diberikan kepada tim peringkat tiga ISL. Yang jelas apapun hasil keputusannya nanti, trend positif Persija selama keikutsertaannya di ISL terus menanjak. 2008/2009 peringkat 7, 2009/2010 peringkat 5, 2010/2011 peringkat 3. Jika dicermati, ada kenaikan 2 peringkat tiap tahun. Kalau musim ini Persija ada di posisi tiga, mengikuti trend positif ini amat sangat mungkin kan Persija bisa jadi nomer 1 musim depan? menarik untuk kita tunggu. Terima kasih untuk perjuangannya musim ini.. Persija, kami di sini tetap bangga!(Ikbal Albar-JO)
Awal Berdirinya Jak Banjarnegara
Diawali dengan kecintaan gw terhadap Persija, gw mempunyai ide untuk bikin suatu komunitas pecinta Persija di daerah gw. Memang di daerah gw banyak pecinta persija tapi buat nyatuin mereka sangat sulit, kebanyakan karena gw ga kenal. Saat itu temen gw yang bener2 cinta sama Persija cuma 1 sebut saja namanya Agin. Sebelum berdirinya Jak Banjarnegara kami berdua memang sering ngumpul bareng Jak Purwokerto karena massa mereka yang sudah agak banyak kalo ngga salah saat itu ada 30an . Ide buat komunitas di daerah sendiri muncul dalam benak gw, saat itu gw berjuang buat ngumpulin para pecinta Persija di daerah gw tentunya bersama sahabat gw Agin. Gw bikin Questioner tentang Persija buat gw bagi2in ke sekolah2. Hampir 1 minggu gw bagi2 questioner. setelah semua terkumpul dan gw data memang banyak yang suka Persija, tentu dengan alasan berbeda2. tapi itu hanya sebatas suka, bukan cinta Persija dari hati yang paling dalam.Saat itu pun gw sudah putus asa, tekad gw buat nyatuin pecinta Persija di daerah gw ga bakal terwujud, apalagi temen gw Agin kuliah di luar kota jadi kami sudah jarang berkomunikasi. Setelah sekian lama tekad itupun muncul kembali setalah gw curhat ke panutan gw, yaitu sapa lagi kalo bukan Bung Ferry. Dari beliaulah semangat buat nyatuin pecinta Persija di daerah gw muncul kembali. Waktu itu memang lagi rame-ramenya dengan situs jejaring Sosial facebook. Terus gw coba iseng-iseng bikin grup "Jakmania Banjarnegera Community", banyak juga yang gabung pada saat itu, banyak sms juga masuk ke hp gw nanyain home base Jak Banjarnegara, kebanyakan orang asli Banjarnegara pecinta Persija yang tinggal di Jakarta.
Saat itu gw ngga menyiakan kesempatan buat ngumpulin mereka, saat itu cuma orang 4 yang kumpul cuma buat sekedar sharing tentang kecintaan mereka terhadap Persija, jauh dari perkiraan gw sebelumnya. Mereka adalah Dodo, Gunawan, Bang Teguh (kakak Gunawan) dan tentunya gw sendiri Dhanz. Bang Teguh emang sudah jadi anggota Jakmania, gw juga banyak belajar dari dia. Semakin lama semakin banyak juga yang pengin gabung di Jakmania Banjarnegara, Banyak dari mereka yang masih sekolah, jadi buat ngumpul2 seringnya hari minggu. Pas waktu ngumpul pertama anak yang dateng kira2 cuma 10 anak, gw liat mereka memang para oren sejati. Saat itu juga pun gw langsung mempunyai ide tuk bikin kaos, mungkin salah satu cara nyebarin virus oren melalui bikin kaos ini. Dan ternyata perkiraan gw bener banyak yang mulai minat buat gabung bareng kami. Pas acara ngumpul selanjutnya memang banyak yang dateng. bisa dibilang paling banyak, kalo ga salah saat itu ada 25 anak yang ikut kumpul, bukan cuma dari laki2 saja dari kaum hawa pun ada yang ikut gabung, tapi cuma 5 orang saja.
Dan saat itu tanggal 27 Juni 2011 temen2 banyak yang usul buat bikin susunan organisasi biar lebih terkordiniir, kebetulan pas yang lagi ngumpul banyak jadi gw setuju tuk bikin susunan organisasi . Waktu itu memang semua langsung nunjuk gw buat jadi ketua Jak Banjarnegara, mungkin karena mereka anggep gw pemersatu para pecinta Persija di Banjarnegara. Jadi gw bertugas buat mengkoordinir semua anggota Jak Banjar.Jak Banjarnegara pun kami resmikan berdiri tanggal 27 Juni 2011. Acara ngumpul selanjutnya gw berniat buat bikin banner, yang nantinya bakal kami bawa saat nonton Persija bertanding.
Seperti yang Bung Ferry bilang ke gw, "Jumlah ga penting, yang penting kalian Solid" memang saat itu jumlah kami sekitar 30anak, dan apa yang gw khawatirkan terjadi satu per satu anggota banyak yang sudah ga aktif lagi, kebanyakan memang kuliah di luar kota, tapi banyak juga yang mengundurkan diri dan memilih ikut komunitas genk motor. Dan sampe saat ini yang masih aktif kira2 10 anak. mungkin 10 anak ini yang bener2 mencintai Persija dari hati.
Tur Pertama kali Jak Banjarnegara nonton Persija adalah saat Persija vs Persela Lamongan di Semarang, saat itu kami berangkat dengan naik mobil kira-kira yang ikut waktu itu 8 anak. Ada yang menarik dan bikin gw salut sama anggota gw yang satu ini namanya Rifki, kebetulan waktu itu hari sabtu. Saat itu pun gw bersama anggota lain yang ikut tur sudah berkumpul di alun2 Banjar, dari Banjar berangkat pagi sekitar jam 8.00. Pas semuanya dah siap kami pun pergi ke Semarang, tapi tiba2 Rfiky telpon gw buat ikut nonton, gw kira dia emang ga jadi ikut karena dia lagi ada ujian, pas dia udah sampe di alun2 gw tanya "katanya ga jadi ikut lu" dia jawab " gw abis di kejar satpam sekolah, tadi gw lompat pager cuma pengin nonton Persija, gw bolos buat Persija, ayo kita berangkat". Salut gw ama dia, bela2in bolos ujian cuma pengin nonton Persija. ga salah sama jargon Jak Banjarnegara "KANGGO PERSIJA APA BAE TEK LAKONI" (Demi Persija Apapun Kulakukan)
Sudah 1 tahun lewat Jak Banjarnegara berdiri, susah senang kami jalani bersama entah itu saat tur nonton Persija atau cuma sekedar ngumpul. Jujur bagi gw atau mungkin bagi rekan2 Jak Outsiders yang lain sangat menyayangkan kejadian rekan2 Jakmania di Jakarta yang ribut dengan sesama Jakmania juga. Disaat Jakmania outsiders mati2an berjuang cuma buat bisa nonton Persija berlaga, sedangkan rekan Jakmania yang berada di Jakarta malah ribut sesama Orang oren. sekian tulisan dari gw mengenai awal adanya Jakmania Banjarnegara ini. Bagi temen2 Jakmania outsiders lain tetap semangat dukuung Persija, meskipun kita ngga tinggal di Jakarta, tapi Persija yang menyatukan kita semua.
SAJETE sekangi Jakmania Banjarnegara
KANGGO PERSIJA
APA BAE TEK LAKONI
(Dhanz)
Dan saat itu tanggal 27 Juni 2011 temen2 banyak yang usul buat bikin susunan organisasi biar lebih terkordiniir, kebetulan pas yang lagi ngumpul banyak jadi gw setuju tuk bikin susunan organisasi . Waktu itu memang semua langsung nunjuk gw buat jadi ketua Jak Banjarnegara, mungkin karena mereka anggep gw pemersatu para pecinta Persija di Banjarnegara. Jadi gw bertugas buat mengkoordinir semua anggota Jak Banjar.Jak Banjarnegara pun kami resmikan berdiri tanggal 27 Juni 2011. Acara ngumpul selanjutnya gw berniat buat bikin banner, yang nantinya bakal kami bawa saat nonton Persija bertanding.
Seperti yang Bung Ferry bilang ke gw, "Jumlah ga penting, yang penting kalian Solid" memang saat itu jumlah kami sekitar 30anak, dan apa yang gw khawatirkan terjadi satu per satu anggota banyak yang sudah ga aktif lagi, kebanyakan memang kuliah di luar kota, tapi banyak juga yang mengundurkan diri dan memilih ikut komunitas genk motor. Dan sampe saat ini yang masih aktif kira2 10 anak. mungkin 10 anak ini yang bener2 mencintai Persija dari hati.
Tur Pertama kali Jak Banjarnegara nonton Persija adalah saat Persija vs Persela Lamongan di Semarang, saat itu kami berangkat dengan naik mobil kira-kira yang ikut waktu itu 8 anak. Ada yang menarik dan bikin gw salut sama anggota gw yang satu ini namanya Rifki, kebetulan waktu itu hari sabtu. Saat itu pun gw bersama anggota lain yang ikut tur sudah berkumpul di alun2 Banjar, dari Banjar berangkat pagi sekitar jam 8.00. Pas semuanya dah siap kami pun pergi ke Semarang, tapi tiba2 Rfiky telpon gw buat ikut nonton, gw kira dia emang ga jadi ikut karena dia lagi ada ujian, pas dia udah sampe di alun2 gw tanya "katanya ga jadi ikut lu" dia jawab " gw abis di kejar satpam sekolah, tadi gw lompat pager cuma pengin nonton Persija, gw bolos buat Persija, ayo kita berangkat". Salut gw ama dia, bela2in bolos ujian cuma pengin nonton Persija. ga salah sama jargon Jak Banjarnegara "KANGGO PERSIJA APA BAE TEK LAKONI" (Demi Persija Apapun Kulakukan)
Sudah 1 tahun lewat Jak Banjarnegara berdiri, susah senang kami jalani bersama entah itu saat tur nonton Persija atau cuma sekedar ngumpul. Jujur bagi gw atau mungkin bagi rekan2 Jak Outsiders yang lain sangat menyayangkan kejadian rekan2 Jakmania di Jakarta yang ribut dengan sesama Jakmania juga. Disaat Jakmania outsiders mati2an berjuang cuma buat bisa nonton Persija berlaga, sedangkan rekan Jakmania yang berada di Jakarta malah ribut sesama Orang oren. sekian tulisan dari gw mengenai awal adanya Jakmania Banjarnegara ini. Bagi temen2 Jakmania outsiders lain tetap semangat dukuung Persija, meskipun kita ngga tinggal di Jakarta, tapi Persija yang menyatukan kita semua.
SAJETE sekangi Jakmania Banjarnegara
KANGGO PERSIJA
APA BAE TEK LAKONI
(Dhanz)
Persija dan Jakarta
Kota ini selalu menjadi pusat keramaian. selayaknya ibu kota di negara lain aktivitas di kota ini tidak pernah berhenti bergeliat Mulai subuh kendaraan lalu lalang memadati semua sisi jalan tidak heran mudah dijumpai kemacetan dimana-mana. Pekerja berlomba untuk bisa sampai ditempat mereka selama ini mencari nafkah dengan menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi, selain itu juga ditemui pelajar dan mahasiswa yang berangkat ke tempat mereka menuntut ilmu.
Selain Pekerja, pelajar dan mahasiswa, pedagang yang selama ini beraktifitas di Jakarta, masih harus ditambah juga dengan mereka yang berkarya di pinggiran jalan ataupun lampu merah diperempatan jalan demi menyambung kehidupannya.
Selain Pekerja, pelajar dan mahasiswa, pedagang yang selama ini beraktifitas di Jakarta, masih harus ditambah juga dengan mereka yang berkarya di pinggiran jalan ataupun lampu merah diperempatan jalan demi menyambung kehidupannya.
Disaat para pekerja menyelesaikan jam kantornya, pedagang tenda-tenda makanan baru saja memulai usahanya yang dimulai dari matahari tenggelam diwaktu senja, hingga selesai pada saat matahari kembali terbit di pagi hari. Semua proses yang terjadi di kota Jakarta ini berlangsung selama 1x24 jam, 7 hari dalam seminggu, 30 hari dalam sebulan, dan 365 hari dalam setahun.
Semuanya memiliki andil dan kesibukan masing-masing di kota ini. Tapi ada satu yang dapat melepas kesibukan mereka dan berpusat pada satu pandangan. Walaupun wujud nyatanya yang terlihat mungkin hanya berkisar 40% dari mereka yang melakukannya.
Ketika adanya penggelaran pertandingan tim ini, rasanya mudah di jumpai teman-teman berbaju oren di sepanjang ruas jalan raya jakarta, tidak bisa dipungkiri PERSIJA dan JAKMANIA juga warna lain untuk JAKARTA yang semestinya di cintai penduduknya bukan menganggap sebagai public enemy dengan berbagai alasan, terutama alasan kemacetan yang kerap memomojokan disaat ada pertandingan Persija, padahal kalo mau sedikit cerdas, kemacetan Jakarta tetap tejadi walaupun Persija sedang tidak ada pertandingan.
Tidak jarang saya temui, pekerja yang selama ini beratribut kemeja dan dasi, serta lebih banyak menghabiskan waktunya digedung berpendingin udara, dan didepan computer, ketika Persija berlaga mereka dengan bangga datang langsung ke stadion dengan atribut khas dan kebesaran warna Oren.
Pelajar, dan mahasiswa tidak mau ketinggalan aksinya dalam mendukung team Persija, usai menunaikan kewajiban menuntut ilmu, mereka berbondong bonding datang ke stadion, meninggalkan sementara seragam, alat tulis serta diktat yang selama ini menjadi pegangan mereka, menggantinya dengan jersey Persija, syal Jakmania, serta pengibaran bendera Persija mereka lakukan di stadion.
Tentunya ini sebuah gambaran yang luar biasa, tak ada pembeda'an kasta disaat sudah berbaur dalam stadion. Tak peduli anda siapa, tak peduli pekerjaan anda apa, Apa agama dan suku anda, pada saat didalam stadion, semua sama Saudara se Persija.
Kisah itu akan terus tersimpan di dalan memori kehidupan. setiap pertandingan pasti memiliki warna dan kenangan yang berbeda. Sampai akhirnya suatu saat nanti saya benar-benar melihat kota jakarta yang sepi ketika PERSIJA sedang tanding. Seperti contoh penduduk Brazil yang menghentikan segala aktivitas di negaranya ketika kala timnas Brazil tanding di Piala Dunia.
Kasta nya memang berbeda yang satu timnas yang satu tim lokal. Yang satu liga dunia yang satu liga lokal.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin.
Mari jaga sama-sama sepakbola Indonesia khususnya PERSIJA ;) (ELKE-JO)
Semuanya memiliki andil dan kesibukan masing-masing di kota ini. Tapi ada satu yang dapat melepas kesibukan mereka dan berpusat pada satu pandangan. Walaupun wujud nyatanya yang terlihat mungkin hanya berkisar 40% dari mereka yang melakukannya.
Ketika adanya penggelaran pertandingan tim ini, rasanya mudah di jumpai teman-teman berbaju oren di sepanjang ruas jalan raya jakarta, tidak bisa dipungkiri PERSIJA dan JAKMANIA juga warna lain untuk JAKARTA yang semestinya di cintai penduduknya bukan menganggap sebagai public enemy dengan berbagai alasan, terutama alasan kemacetan yang kerap memomojokan disaat ada pertandingan Persija, padahal kalo mau sedikit cerdas, kemacetan Jakarta tetap tejadi walaupun Persija sedang tidak ada pertandingan.
Tidak jarang saya temui, pekerja yang selama ini beratribut kemeja dan dasi, serta lebih banyak menghabiskan waktunya digedung berpendingin udara, dan didepan computer, ketika Persija berlaga mereka dengan bangga datang langsung ke stadion dengan atribut khas dan kebesaran warna Oren.
Pelajar, dan mahasiswa tidak mau ketinggalan aksinya dalam mendukung team Persija, usai menunaikan kewajiban menuntut ilmu, mereka berbondong bonding datang ke stadion, meninggalkan sementara seragam, alat tulis serta diktat yang selama ini menjadi pegangan mereka, menggantinya dengan jersey Persija, syal Jakmania, serta pengibaran bendera Persija mereka lakukan di stadion.
Tentunya ini sebuah gambaran yang luar biasa, tak ada pembeda'an kasta disaat sudah berbaur dalam stadion. Tak peduli anda siapa, tak peduli pekerjaan anda apa, Apa agama dan suku anda, pada saat didalam stadion, semua sama Saudara se Persija.
Kisah itu akan terus tersimpan di dalan memori kehidupan. setiap pertandingan pasti memiliki warna dan kenangan yang berbeda. Sampai akhirnya suatu saat nanti saya benar-benar melihat kota jakarta yang sepi ketika PERSIJA sedang tanding. Seperti contoh penduduk Brazil yang menghentikan segala aktivitas di negaranya ketika kala timnas Brazil tanding di Piala Dunia.
Kasta nya memang berbeda yang satu timnas yang satu tim lokal. Yang satu liga dunia yang satu liga lokal.
Tapi tidak ada yang tidak mungkin.
Mari jaga sama-sama sepakbola Indonesia khususnya PERSIJA ;) (ELKE-JO)
Cinta yang Tak Akan Pernah Pudar
“..Persija di dadaku..
Persija kebanggaanku..
Kuyakin hari ini pasti menang..”
Begitulah bunyi sepenggal lagu yang sudah saya kenal sejak saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Lagu yang dari dulu sampai sekarang sering saya nyanyikan, entah itu di kamar mandi ataupun di stadion. Lagu yang liriknya sudah melekat dan tak satu bait pun saya lupa. Dan bagi saya nyanyian itu lebih dari sekadar lagu, itu adalah seuntai doa untuk sebuah tim sepakbola yang ada di tempat saya lahir dan besar. Mungkin hal itu terdengar berlebihan namun bagi saya itu adalah sebuah pandangan, boleh setuju atau tidak.
Persija, begitulah orang biasa menyebut tim sepakbola itu. Sebuah tim sepakbola yang sudah terbentuk sejak negeri ini belum merdeka. Hampir setiap Persija berlaga, saya tak pernah melewatkan untuk menontonnya, entah dengan datang langsung ke stadion atau hanya lewat layar televisi. Memang saya suka Persija agak terlambat, saat tim ini mencapai puncak kejayaan dengan menjadi juara pada tahun 2001 saya masih belum tahu apa-apa tentang Persija apalagi sepakbola negeri ini. Tetapi sekarang rasa cinta saya terhadap Persija begitu membumbung tinggi dan secara perlahan saya juga cinta terhadap pendukung setia mereka yang dinamakan The Jakmania.
Bagi saya, Persija lebih dari sebuah jagoan. Lebih dari sebuah tim yang dijadikan tarohan ketika bertanding. Persija adalah agama ketiga saya setelah Islam dan Indonesia. Bisa dibilang awal saya menyukai Persija adalah ketika saya baru lulus sekolah dasar, ketika itu saya diajak oleh kakak saya untuk nonton langsung Persija berlaga di Stadion Lebak Bulus. Suasana di dalam stadion sungguh luar biasa sehingga membuat saya jatuh cinta dengan Persija sampai saat saya menulis tulisan ini. Sayangnya debut saya nonton langsung ke stadion sedikit tidak enak. Persib Bandung, lawan Persija ketika itu tidak berani datang karena stadion telah dibanjiri oleh pendukung Persija dan akhirnya mereka pun kalah WO.
Sejak saat itu, saya seakan berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan berpaling dari tim ini. Meskipun ada anggapan bahwa The Jakmania adalah biang rusuh, orang kumuh, atau kaum marjinal bagi sebagian masyarakat Jakarta, saya tetap bangga mengenakan atribut Persija. Meskipun warna oranye terkesan norak, saya sungguh menyukainya karena oranye adalah warna Persija dan saya cinta Persija.
Ada lagi yang membuat saya semakin mencintai Persija, dia adalah Bambang Pamungkas. Seorang pemain, kapten, dan panutan yang menurut saya luar biasa. Mungkin banyak orang yang tidak begitu suka padanya karena permainannya lambat dan malas. Namun bagi saya itu adalah gayanya, gaya seorang pesepakbola memang berbeda-beda. Satu-satunya pemain di Indonesia yang selalu tampil elegan di dalam dan luar lapangan. Yang membuat saya semakin kagum terhadap Bepe (panggilan Bambang Pamungkas) bukan permainannya di lapangan melainkan sikap loyalitasnya terhadap Persija. Banyak klub di Indonesia yang menginginkan jasanya, namun ia tetap bertahan di Persija karena dia tak mau bermain dengan klub yang menjadi lawan Persija. Impian saya terhadapnya adalah sekadar bertatap muka atau meminta foto bareng dan tanda tangan, itu saja.
Seperti halnya cinta Bepe terhadap Persija, yang sampai saat saya menulis tulisan ini belum juga pudar, cinta saya terhadap Persija juga demikian, belum dan tidak akan pernah pudar karena tim ini sudah melekat erat di hati saya dan sangat sulit untuk melepaskannya.(Nugroho-JO)
Bagi saya, Persija lebih dari sebuah jagoan. Lebih dari sebuah tim yang dijadikan tarohan ketika bertanding. Persija adalah agama ketiga saya setelah Islam dan Indonesia. Bisa dibilang awal saya menyukai Persija adalah ketika saya baru lulus sekolah dasar, ketika itu saya diajak oleh kakak saya untuk nonton langsung Persija berlaga di Stadion Lebak Bulus. Suasana di dalam stadion sungguh luar biasa sehingga membuat saya jatuh cinta dengan Persija sampai saat saya menulis tulisan ini. Sayangnya debut saya nonton langsung ke stadion sedikit tidak enak. Persib Bandung, lawan Persija ketika itu tidak berani datang karena stadion telah dibanjiri oleh pendukung Persija dan akhirnya mereka pun kalah WO.
Sejak saat itu, saya seakan berjanji dalam hati bahwa saya tidak akan berpaling dari tim ini. Meskipun ada anggapan bahwa The Jakmania adalah biang rusuh, orang kumuh, atau kaum marjinal bagi sebagian masyarakat Jakarta, saya tetap bangga mengenakan atribut Persija. Meskipun warna oranye terkesan norak, saya sungguh menyukainya karena oranye adalah warna Persija dan saya cinta Persija.
Ada lagi yang membuat saya semakin mencintai Persija, dia adalah Bambang Pamungkas. Seorang pemain, kapten, dan panutan yang menurut saya luar biasa. Mungkin banyak orang yang tidak begitu suka padanya karena permainannya lambat dan malas. Namun bagi saya itu adalah gayanya, gaya seorang pesepakbola memang berbeda-beda. Satu-satunya pemain di Indonesia yang selalu tampil elegan di dalam dan luar lapangan. Yang membuat saya semakin kagum terhadap Bepe (panggilan Bambang Pamungkas) bukan permainannya di lapangan melainkan sikap loyalitasnya terhadap Persija. Banyak klub di Indonesia yang menginginkan jasanya, namun ia tetap bertahan di Persija karena dia tak mau bermain dengan klub yang menjadi lawan Persija. Impian saya terhadapnya adalah sekadar bertatap muka atau meminta foto bareng dan tanda tangan, itu saja.
Seperti halnya cinta Bepe terhadap Persija, yang sampai saat saya menulis tulisan ini belum juga pudar, cinta saya terhadap Persija juga demikian, belum dan tidak akan pernah pudar karena tim ini sudah melekat erat di hati saya dan sangat sulit untuk melepaskannya.(Nugroho-JO)
Loyalitas Tanpa Rusuh
Mungkin selama ini kita mendengar kata-kata “LOYALITAS TANPA BATAS” dalam mendukung persija jakarta. Yah kita semua udah tw lah apa arti dari loyalitas itu dan kita tw bagaimana loyalitas jakmania dalam mendukung persija, kita selalu ada di saat pertandingan kandang bahkan di saat tandang pun jakmania selalu hadir kemanapun persija berlaga. Itu merupakan sudah tugas dan bahkan menjadi kewajiban bagi jakmania yang merupakan harga mati yang sudah tidak bisa ditawar2 lagi.
Namun, saat in mungkin kata2 yang pas untuk para jakmania tanpa meninggalkan loayalitas tanpa batas adalah LOYALITAS TANPA RUSUH, ini sih menurut gw gak tw menurut pandangan lu semua kan. Seperti yang kita tw kan, akhir2 ini kita lihat di media massa yang memberitakan tentang bentrokan2 sehabis pertandingan persija berlaga, entah itu bentrokan antar jakmania, bentrokan jakmania dengan polisi, yang kita tak tw apa sebab yang membuat bentrokan itu terjadi karena media massa hanya memberitakan bentrokan itu terjadi saja tanpa memberitakan apa sebab bentrokan itu terjadi. Tanpa menjelekan media massa, mungkin yang mereka cari adalah berita yang buruk2 dari jakmania untuk kepentingan nilai jual media massa mereka sendiri, jarang sekali ada media massa yang memberitakan nilai baik dari jakmania, karena mereka nama baik jakmania sedikit agak jelek.
Tapi masa bodo omongan di koran lah, kembali pada judul artikel ini lagi. Sebenernya apa sih yang membuat para rekan2 ini melakukan hal bodoh seperti ini? Apa motif dari semua ini? Kita kan satu keluarga besar, kita ada juga karena persija, tanpa persija jakmania gak bakal ada. Dari hanya beberapa orang saja yang mendirikan jakmania ini hingga sampai memiliki korwil2 yang tersebar di berbagai daerah bahkan lahir komunitas2 yang mengatas namakan diri mereka itu lahir dan berjuang untuk persija. Aneh memang jika dipikir secara logika, masa satu keluarga berkelahi seharusnya kan kalo saudara itu selalu ada saat suka maupun duka saat susah maupun senang dan selalu bersama menjalin rasa persaudaraan bukan saling membantai satu sama lain.
Dulu waktu markas persija masih di lebak bulus, hal seperti ini sangat jarang terjadi. Ada memang sedikit gesekan di beberapa pertandingan tetapi tidak seperti sekarang hampir setiap pertandingan terjadi bentrokan antar jakmania. Mengapa semua ini terjadi ? klo emang datang ke stadion hanya untuk membawa virus2 negatif mending gak uasah pada datang, nonton di layar kaca aja daripada membuat keributan di stadion. Klo hanya nama kelompok daerah yang dibawa mah mending ikut aja acara kontes di tv supaya nama daerah lu terkenal di tv. Tapi itu hak mereka kan masa kita larang2 untuk datang ke stadion. Dulu klo gw kemana2 apa entah itu gw lagi di kampus, di jalan, dan di rumah ada aja orang yang ngeledek sindiran seperti ini “jakmania mah buat rusuh doang bisanya”, langsung gw bales omongan orang itu “itu kan kata lu bukan kata gw”.
Tapi sekarang klo ada orang yang ngomong kyak gitu lagi gw hanya bisa tersenyum terus pergi ninggalin orang itu dengan perasaan malu, kenapa gw mesti malu? Kan yang membuat kerusuhan itu bukan gw, tapi itulah yang gw sebut tadi diatas, bahwa kita itu keluarga besar, satu sakit yang lain juga itu sakit. Mikir jauh seharusnya kita ke depan apa yang kita lakukan itu akan menimbulkan efek apa.
Klo udah seperti ini kan , banyak orang yang berpikiran jakmania itu biang rusuh, belum lagi buat para jakmania cilik yang mau datang ke stadion pasti susah dapet izin dari orang tua mereka, yang paling buruknya adalah partai kandang persija gak dapet izin dari bapak polisi. Ayolah kita tunjukan pada masyarakat klo jakmania itu gak sesempit apa yang mereka pikirkan, klo jakmania itu ada sisi positifnya. Kita kemanakan kata2 yang pernah ada seperti SATU JAKARTA SATU bukan SATU KELOMPOK SATU. Tanamkanlah LOYALITAS TANPA BATAS DAN LOYALITAS TANPA RUSUH untuk kemajuan jakmania ke depannya.
BERJUANG UNTUK PERSIJA
( BARISAN ORANGE )
Tapi masa bodo omongan di koran lah, kembali pada judul artikel ini lagi. Sebenernya apa sih yang membuat para rekan2 ini melakukan hal bodoh seperti ini? Apa motif dari semua ini? Kita kan satu keluarga besar, kita ada juga karena persija, tanpa persija jakmania gak bakal ada. Dari hanya beberapa orang saja yang mendirikan jakmania ini hingga sampai memiliki korwil2 yang tersebar di berbagai daerah bahkan lahir komunitas2 yang mengatas namakan diri mereka itu lahir dan berjuang untuk persija. Aneh memang jika dipikir secara logika, masa satu keluarga berkelahi seharusnya kan kalo saudara itu selalu ada saat suka maupun duka saat susah maupun senang dan selalu bersama menjalin rasa persaudaraan bukan saling membantai satu sama lain.
Dulu waktu markas persija masih di lebak bulus, hal seperti ini sangat jarang terjadi. Ada memang sedikit gesekan di beberapa pertandingan tetapi tidak seperti sekarang hampir setiap pertandingan terjadi bentrokan antar jakmania. Mengapa semua ini terjadi ? klo emang datang ke stadion hanya untuk membawa virus2 negatif mending gak uasah pada datang, nonton di layar kaca aja daripada membuat keributan di stadion. Klo hanya nama kelompok daerah yang dibawa mah mending ikut aja acara kontes di tv supaya nama daerah lu terkenal di tv. Tapi itu hak mereka kan masa kita larang2 untuk datang ke stadion. Dulu klo gw kemana2 apa entah itu gw lagi di kampus, di jalan, dan di rumah ada aja orang yang ngeledek sindiran seperti ini “jakmania mah buat rusuh doang bisanya”, langsung gw bales omongan orang itu “itu kan kata lu bukan kata gw”.
Tapi sekarang klo ada orang yang ngomong kyak gitu lagi gw hanya bisa tersenyum terus pergi ninggalin orang itu dengan perasaan malu, kenapa gw mesti malu? Kan yang membuat kerusuhan itu bukan gw, tapi itulah yang gw sebut tadi diatas, bahwa kita itu keluarga besar, satu sakit yang lain juga itu sakit. Mikir jauh seharusnya kita ke depan apa yang kita lakukan itu akan menimbulkan efek apa.
Klo udah seperti ini kan , banyak orang yang berpikiran jakmania itu biang rusuh, belum lagi buat para jakmania cilik yang mau datang ke stadion pasti susah dapet izin dari orang tua mereka, yang paling buruknya adalah partai kandang persija gak dapet izin dari bapak polisi. Ayolah kita tunjukan pada masyarakat klo jakmania itu gak sesempit apa yang mereka pikirkan, klo jakmania itu ada sisi positifnya. Kita kemanakan kata2 yang pernah ada seperti SATU JAKARTA SATU bukan SATU KELOMPOK SATU. Tanamkanlah LOYALITAS TANPA BATAS DAN LOYALITAS TANPA RUSUH untuk kemajuan jakmania ke depannya.
BERJUANG UNTUK PERSIJA
( BARISAN ORANGE )